Wednesday, June 01, 2011

Being a Compatible Partner


Getting married is not as simple we can say.
Segala buncah kesenangan, pesta, pernak-pernik, tema, warna, dan segala hal lainnya itu, menurut saya semuanya hanya impian masa kanak-kanak yang (seringkali harus) diwujudkan dengan alasan menikah itu untuk sekali seumur hidup.

Buat saya, jauh sebelum saya memutuskan untuk menikah, bahkan sebelum saya bertemu dengan orang yang tepat, saya ingin berdamai dengan diri saya.
Artinya.. saya perlu mengetahui keinginan saya, kebutuhan saya, kelemahan saya, kelebihan saya, impian-impian saya, perasaan bahagia saya, rasa takut saya, rasa bersalah saya, perasaan-perasaan tidak nyaman saya, semua hal yang ada dalam diri saya, dan bagaimana saya mengelola sekaligus menerima semua itu menjadi satu paket berjudul 'This is Me'.
Semuanya itu harus saya ketahui lebih dulu.
Sebelum orang lain memasuki hidup saya.
Dengan begitu, saya sudah 'mapan' (kalo bisa dibilang begitu..). Dalam arti ketika saya siap-sedia menerima & berkomunikasi dengan diri saya, dengan kata lain -nyolong tagline sebuah iklan- 'Ku tau yang ku mau', begitu jugalah saya harus menerima orang lain yang nantinya akan menemani hari-hari saya. Sebaliknya, tentu dia juga harus menerima saya seperti saya sekarang ini.

Tapi sekali lagi, bahkan untuk menentukan 'ku tau yang ku mau' itu juga bukanlah hal yang gampang seperti bikin kopi.
Kita seringkali ada di persimpangan jalan ketika bertemu seseorang yang rasa-rasanya it meets the requirements..ganteng, baik hati, banyak teman, perhatian, suka menolong, rajin menabung..hmmm.. siapa juga yang gak nolak orang ini kan? ;p

Okelah, mungkin dia ganteng, tapi kegantengan gak menentukan segalanya.
Okelah, mungkin dia baik hati, tapi sebaik apa hatinya ketika dia bertemu dengan kelemahan-kelemahan kita?
Okelah, mungkin dia banyak teman, tapi dengan sekian banyak teman itu yang manakah yang benar-benar sahabat-sahabatnya?
Okelah, mungkin dia perhatian, tapi apakah dijamin perhatiannya yang khusus hanya untuk kita seorang? ;p
Okelah, mungkin dia suka menolong, lalu adakah imbalan yang dimintanya?
Okelah, dia rajin menabung, mmm... tandanya hemat ya bebbeeebbhh.... :D

Dan seabrek kualitas lainnya mungkin bisa membuat kita fallin' in love with him.
Tapi dalam perjalanan banyak hal bisa terjadi & kadang berubah jadi malapetaka.

Just be careful girls out there.. eh ini bukan nakut-nakutin denk, cuma memaparkan aja bahwa jangan terlalu cepat mengambil keputusan yang kamu tahu bahwa pernikahan itu untuk sekali seumur hidup.

Soo.. emangnya saya udah menemukan soulmate sejati saya? ;p

Mm.. emang sih saya gak jadi menikah sama Keanu Reeves, Matthew McConaughey, atau Prince William. Mereka semua baik... I think they all met the requirements... hahahhh... sayangnya mereka yang gak sadar bahwa saya ada! (-,-') *mimpi!*
Tapi seperti yang saya bilang di postingan sebelumnya, bahwa memang ada orang-orang yang ditakdirkan sebagai teman, sebagai sahabat, sebagai penolong, atau sebagai soulmate (dalam hal ini: pasangan hidup).

Tapi seorang soulmate, buat saya dia adalah seorang penolong, dan saya penolong baginya.
Dia adalah pecinta saya, dan saya pecintanya.

Dia adalah air mata saya ketika saya berbagi bahagia atau ratapan.
Dia dan saya berbagi mimpi yang bisa kami wujudkan bersama.
Dia menyediakan tubuh dan jiwanya untuk selalu bersama saya.
Dia orang yang bisa saya bagi nilai-nilai saya, tumbuh bersama saya, tua bersama saya.
Kami punya friendship, companionship, partnership, passion & love to make everything's brighter and beautiful even in the darkest part.

*gila..inspirasi dari mana nih.. eits, jangan salah, emang begini kalo orang lagi jatuh cinta, penuh sama bunga-bunga kata.. ;p*

Ok, ok, saya bukannya cuma ngomong doang. Buat wujudin itu, it takes years for me to practice it. Dan dia sanggup menunggu agar saya siap. Thank him for that, of course. ;)
Dan saya juga harus belajar prakteknya dalam hubungan pernikahan yang sebentar lagi di depan mata. Mm.. jd deg-degan...;p After more than 5 years, u know..!


Kata oma saya dulu waktu kami di dapur (kitchen girls' talk), kalau saya sudah menemukan orang yang kira-kira 80% aja yang cocok di hati, bisalah kita mutusin untuk menikah dengannya. Untuk yang 20%nya tinggal pinter-pinternya kita nyesuaiin diri n gak lupa serahkan sama TUHAN untuk segala rencana.. :)

Bener juga. Karena kita gak mungkin ketemu orang yang bisa 100% cocok sama kita. Apalagi saya juga sadar bahwa orang bisa berubah.
Dalam perjalanannya kan bisa aja kita menyadari, "Wah, kenapa sekarang dia begini yaa.. kenapa dia begituu...??"
Tapi ya harusnya jangan dijadiin alasan untuk bilang gak cocok dan langsung pisah, apalagi kalo udah merit.
Dan orang juga bisa gak berubah.
Artinya dengan segala pemikiran dan kebiasaannya yang udah melekat berpuluh-puluh taun, akan susah buatnya berubah seketika.
Terutama untuk hal-hal yang kita anggap (misalnya) buruk atau gak cocok sama kita.
It doesn't work, trust me. Hehe.
So, emang butuh banyak waktu untuk adaptasi. Tapi mungkin juga gak berlaku untuk penganut paham 'tabrak-lari' atau perjodohan, atau tanpa pacaran, atau 'lebih cepat lebih baik'. ;p

Intinya sih, ibarat gadget, pilihlah pasangan yang compatible dengan prinsip hidup & keyakinan kita. Biar gak bongkar-pasang lagi.
Dan yakini aja itu yang terbaik (tentu setelah diseleksi loh ya..).

Karena... diperlukan waktu seumur hidup untuk mengeksplorasi pasangan kita. Just enjoy! :)

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright © 2011 Finally Vla. All Rights reserved
RSS Feed. This blog is proudly powered by Blogger. Design by dzignine based on Minima-White code frameworks